Postingan

SIPULUIK

Gambar
      Sipuluik adalah beras pulut atau beras ketan. Dulu dikampungku bila menanam padi di sawah, maka seperti wajib hukumnya sapiriang  sawah atau satu petak kecil sawah ditanami dengan padi sipuluik  ini disamping padi biasa lainnya. Tetapi sipuluik ini ada dua macam yaitu sipuluik  biasa dan sipuluik itam atau ketan hitam. Sipuluik biasa ini kegunaan utamanya antara lain untuk membuat lomang alias  lamang atau lemang. Disamping itu, sipuluik  juga untuk membuat ketan bila musim durian tiba. Karena kampungku sangat terkenal dengan 'Durian Kubangnya', maka sudah menjadi tradisi pula bila makan durian itu dengan ketan atau sering disebut makan  kotan duyan.       Sementara itu lomang atau lamang alias lemang adalah jenis makanan tradisional di minangkabau umumnya. Lomang juga terbuat dari sipuluik  biasa yang dimasak dengan media  tolang  atau bambu talang. Yaitu sejenis bambu tipis sebesar lengan orang dewasa. Bagian dalam tolang dibalut dulu dengan pucuk daun pisang batu (ke

Sejarah JALAN PERJUANGAN di Nagari Kubang Sawahlunto (Batutajam - Lughajuai - Sawahlunto)

Gambar
Jalan setapak dari Batutajam – Lughajuai – Sawahlunto yang sekarang dinamakan Jalan Perjuangan, sudah ada sejak Sawahlunto belum bernama Sawahlunto tapi masyarakat kubang biasa menyebutnya Ilia (Hilir). Waktu itu Sawahlunto atau daerah Ilia ini masih daerah persawahan masyarakat nagari Kubang. Jalur ini menjadi salah satu jalan utama di antara tiga jalan utama ke Ilia . Dua Jalan utama lainnya adalaha jalur Sionsek – Guakpauah – Luakbadai – Guakgodang – Kampuang Teleng - Sikabu - Lubang Panjang - Sumpahan dan jalur Gunuang – Batupipik – Pondok Kapu – Kubang Sirakuak. Hasil panen padi dan kebun dibawa dengan kuda atau dipikul di ketiga jalur utama ini ke rumah-rumah mereka di mudiak (Hulu), sebelum akhirnya mereka menetap di sawah dan ladang mereka di Ilia ini. Mereka akhirnya menetap di Ilia ini karena jarak yang jauh serta medan yang berat. Jalur Batutajam – Lughajuai – Sawahlunto atau Jalan Perjuangan ini menjadi vital setelah Belanda menduduki daerah Ilia (Sawahlunto). Karena k

PEMIMPIN NAGARI KUBANG SAWAHLUNTO DARI MASA KE MASA DAN DINAMIKANYA (2)

Gambar
(Tulisan ke tiga, sambungan dari tulisan ke dua..) Ada delapan orang pembicara pada Rapat Besar Nagari Kubang pada Desember 1931 di Mesjid Baitunnur Kubang. Mereka semua adalah para pemimpin nagari Kubang saat itu. Tetapi pada umumnya mereka hanya disebutkan Gelar Sako- nya saja. Gelar   Sako adalah gelar adat yang   diturunkan turun temurun kepada kemenakan. Maka siapakah niniak kita  yang memakai Gelar Sako  tersebut tahun 1931, tentu bisa di telusuri melalui Suku atau Kaumnya.  Menurut Surat Kabar Sinar Deli tanggal 3 Desember 1931 mereka yang ikut jadi pembicara pada Rapat Besar Nagari Kubang malam itu adalah :  1. Dt. Mahararajo Kayo selaku pemimpin rapat. Beliau adalah Pemimpin nagari Kubang saat itu, yaitu Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo yang juga adalah Pangulu Suku Dalimo. Apa yang beliau bahas pada rapat ini  sudah dibahas sebelumnya pada tulisan ke dua. 2. Dt. Bandaro Kayo. Gelar ini adalah gelar Pangulu dari Suku Patopang yang biasanya dari Kaum Polak. Berarti b

PEMIMPIN NAGARI KUBANG SAWAHLUNTO DARI MASA KE MASA DAN DINAMIKANYA (2)

Gambar
(Tulisan kedua, sambungan tulisan pertama...) Seorang kawan yang cukup konsern dalam menggali sejarah kota Sawahlunto yaitu Pak Marjafri dari #KomunitasAnakNagariSawahlunto, mendapatkan cuplikan dari Surat Kabar Sinar Deli tertanggal 3 Desember 1931. Cuplikan itu bertajuk " Rapat Besar di Nagari Kubang " yang bertempat di Mesjid Baitunnur Kubang. Cuplikan Surat Kabar lama itu menguak bagaimana gambaran kondisi nagari Kubang pada akhir tahun 1931 yaitu pada masa kepemimpinan Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo. Beberapa pertanyaan yang menggelitik di pikiran penulis selama ini mendapat pencerahan dari cuplikan Surat Kabar ini. Pertama mengenai periode kepemimpinan Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo sebagai Angkupalo nagari Kubang. Pada rapat itu beliau mengatakan bahwa saat itu beliau telah lima belas tahun memimpin nagari Kubang. Itu artinya beliau dilantik menjadi Angkupalo nagari Kubang tahun 1916. Sedangkan beliau meninggal ketika masih menjabat sebagai

PEMIMPIN NAGARI KUBANG SAWAHLUNTO DARI MASA KE MASA DAN DINAMIKANYA (2)

Gambar
(Tulisan pertama....) Pada tulisan kali ini penulis mencoba mengulas Nagari Kubang di masa kepemimpinan Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo. Beliau juga seorang pangulu (datuk) dari Suku Dalimo nagari Kubang. Nama kecilnya adalah Ma'osek. Karena itu masyarakat nagari Kubang biasa menyebut beliau dengan Angkupalo Ma'osek. Sementara itu urang dagang (pendatang) di Sawahlunto kadang-kadang menyebut beliau dengan Angkupalo Babulu Lidah. Tak ada yang tahu pasti mengapa  orang dagang   menyebutnya dengan Angkupalo Babulu Lidah. Kemungkinan adalah karena beliau seorang yang sangat pandai berbicara, bijaksana dan sangat disegani. Karena itu beliau juga ditunjuk sebagai anggota Minangkabau Raat pada masa itu, untuk mewakili daerah Sawahlunto dan nagari-nagari sekitarnya. Yaitu semacam dewan perwakilan rakyat Minangkabau masa itu. Tak ada catatan pasti kapan Angkupalo M.Rasyad Dt. Maharajo Kayo diangkat sebagai angkupalo nagari Kubang. Yang pasti adalah beliau meninggal ketika s

PEMIMPIN NAGARI KUBANG SAWAHLUNTO DARI MASA KE MASA DAN DINAMIKANYA (1)

Gambar
Pemimpin nagari Kubang Sawahlunto sebelum kemerdekaan namanya angkupalo . Istilah Walinagari baru ada setelah zaman kemerdekaan. Syarat menjadi angkupalo di nagari Kubang haruslah seorang pangulu (datuk) dari suku-suku yang ada di nagari Kubang. Ada beberapa orang angkupalo atau pemimpin nagari Kubang yang populer di zaman sebelum kemerdekaan. Tetapi sangat kurang sekali catatan tertulis mengenai kiprah kepemimpinan mereka  pada zamannya. Pada tulisan kali ini penulis mencoba mengulas khusus mengenai kepemimpinan Angkupalo Jakfar Dt. Rajo Batuah sebagai seorang angkupalo nagari Kubang pada zaman penjajahan Belanda. Tidak ada catatan resmi sejak kapan Jakfar Dt. Rajo Batuah ini diangkat menjadi Angkupalo  nagari Kubang. Namun sebuah makalah mengenai bimbingan adat untuk niniak mamak yang ditulis oleh H. Edrizon Effendi SE Khatib Basa, mantan ketua KAN nagari Kubang periode 2014-2018 dan 2018-2022 menulis bahwa Angkupalo Jakfar Dt. Rajo Batuah memimpin nagari Kubang pada periode tahun

IBUK (Kisah Istri Seorang Prajurit)

Gambar
          Diwaktu perang revolusi kemerdekaan, Kapten Amir Jamin dijodohkan oleh orang tuanya dengan keluarga bakonya   (keponakan ayahnya). Tapi ide pulang ka bako itu bukanlah ide dari ayahnya H. M. Jamin Pono Batuah. Ide itu sebenarnya datang dari Andenya (ibunya) Siti Malia. Kekhawatiran Ande Siti Malia tentulah tidak berlebihan mengingat  putranya itu sedang terlibat dalam kancah perang revolusi kemerdekaan yang sedang berkecamuk.                      Gadis pilihan Ande  Siti Malia itu bernama Nursinah Binti H. Abdul Manan. Nursinah Manan adalah gadis desa yang masih sangat belia. Waktu dijodohkan itu usianya baru 16 tahun. Gadis Nursinah adalah tamatan dari Sekolah Rakyat (SR) tahun 1943 di Balai Kubang. Sekolah itu hanya sampai kelas lima. Sekolah Rakyat yang lima kelas ini didirikan oleh pemerintah kolonial  Belanda dengan nama Governement School  tahun 1927, yaitu setelah peristiwa Perang Silungkang. Sebelumnya Sekolah Rakyat itu sudah ada juga tapi hanya tiga kelas dengan lam