PEMIMPIN NAGARI KUBANG SAWAHLUNTO DARI MASA KE MASA DAN DINAMIKANYA (2)

(Tulisan ke tiga, sambungan dari tulisan ke dua..)

Ada delapan orang pembicara pada Rapat Besar Nagari Kubang pada Desember 1931 di Mesjid Baitunnur Kubang. Mereka semua adalah para pemimpin nagari Kubang saat itu. Tetapi pada umumnya mereka hanya disebutkan Gelar Sako-nya saja. Gelar Sako adalah gelar adat yang diturunkan turun temurun kepada kemenakan. Maka siapakah niniak kita yang memakai Gelar Sako tersebut tahun 1931, tentu bisa di telusuri melalui Suku atau Kaumnya. 

Menurut Surat Kabar Sinar Deli tanggal 3 Desember 1931 mereka yang ikut jadi pembicara pada Rapat Besar Nagari Kubang malam itu adalah : 

1. Dt. Mahararajo Kayo selaku pemimpin rapat. Beliau adalah Pemimpin nagari Kubang saat itu, yaitu Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo yang juga adalah Pangulu Suku Dalimo. Apa yang beliau bahas pada rapat ini  sudah dibahas sebelumnya pada tulisan ke dua.

2. Dt. Bandaro Kayo. Gelar ini adalah gelar Pangulu dari Suku Patopang yang biasanya dari Kaum Polak. Berarti beliau adalah Pangulu Suku Patopang tahun 1931. Dari Surat Kabar Sinar Deli 3 Desember 1931 itu dikatakan bawa Dt. Bandaro Kayo adalah Kepala Sekolah Gouvernement di Balaikubang yang waktu itu sudah mempunyai tujuh kelas dengan tujuh orang guru. Dikatakan bahwa Dt. Bandaro Kayo adalah tamatan dari Kweekschool Fort de Kock (Bukittinggi) dengan mempunyai diploma Nederlandsch Acte. Dalam sambutannya Dt. Bandaro Kayo memaparkan kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Dalam waktu singkat sudah berhasil beberapa muridnya menjadi guru Sekolah Desa. Beberapa orang diterima di normaalschool dan dua orang diterima di Inlandsche Ambachtshool di Padang.

3. Dt. Rajo Nan Gadang. Kemungkinan beliau adalah H. Boeat Dt. Rajo Nan Gadang. Beliau adalah Pangulu  Suku Sikumbang dari Rumahtapanggang. Beliau pernah menjadi kepala Kantor Pos Sawahlunto pada zaman Pemerintah Kolonial. Dalam sambutannya Dt. Rajo Nan Gadang menyampaikan pentingnya persatuan. Mottonya seperti yang dikutip dari Surat Kabar Sinar Deli adalah eendracht maakt macht tweendracht breekt kracht (bersatu kita kuat berpecah kita lemah). Dalam rapat itu beliau juga menyampaikan motivasi bagi anak nagari agar bekerja keras dan jangan bermalas-malasan.

4. Paduko Rajo. Gelar ini adalah Gelar Sako dari Suku Payabadar. Siapakah Paduko Rajo saat itu?
Pada Rapat Besar itu beliau mengkritik anak nagari yang suka jadi buruh dan kuli di perusahan Ombilinmijnen. Karena gaji mereka hanya cukup untuk membeli sehelai kain kelepak saja atau hanya cukup buat membayar rodi Belasting tahun itu. Tapi waktu itu beliau juga mengatakan bahwa sudah ada sekitar 10 orang anak nagari Kubang yang sudah mempunyai kedudukan yang lebih baik daripada kuli-kuli itu. Pada malam itu beliau juga mengatakan sebagai berikut : "....sepatoetnja orang koebanglah jang banjak bergadjii besar-besar, sebab orang membantai di tangah halaman awak...". Demikian kutipan dari Surat Kabar Sinar Deli tanggal 3 Desember tahun 1931.

5. Haji Rasid. Pendiri dan pemimpin Tarbiyatul Islamiayah School Sawahluntosekolah agama setingkat SMP. Malam itu Haji Rasid menyampaikan keinginannya untuk mendirikan pula sekolah agama di Kubang. Mengenai siapa Haji Rasid dan kiprahnya,  sudah dibahas di tulisan pertama.

6. Sutan Suleman. Dilihat dari Gelar Sako-nya maka beliau berasal dari suku Payabadar. Beliau berbicara mengenai Serikat Adat yang pada waktu itu sudah berdiri dua tahun. Seperti apakah serikat adat yang dimaksud dan siapakah Sutan Suleman waktu itu? 

7. Engku Paduko Sinaro. Dari Gelar Sako-nya sepertinya beliau adalah dari Suku Panai dan sepertinya beliau sudah termasuk sepuh waktu itu, sehingga dipanggil engku. Pada Rapat Besar malam itu diketahui kalau beliau mengetuai sebuah perkumpulan bernama Sarekat Kubang Setia (SKS). Seperti apakah organisasi ini?. Terlihat dalam berita di Surat Kabar itu bahwa SKS sudah punya kumpulan dana sebesar 2500 gulden. Apakah SKS merupakan yayasan non profit ataukah sebuah badan usaha seperti koperasi, penulis belum tahu. Namun siapakan Paduko Sinaro waktu itu?

8. Engku Malano Sati. Dari Gelar Sako-nya berarti beliau dari Suku Panai. Jika melihat ada sebutan engku di awalnya kemungkinan beliau juga sudah termasuk sepuh waktu itu. Dan beliau hanya memberi nasehat kepada yang hadir malam itu agar mengikuti apa-apa yang telah di anjurkan oleh pembicara terdahulu. Kemungkinan beliau adalah Manjalani Malano Sati seorang pelaku Porang Tahun Salapan. Beliau adalah bapak dari Uniang Sima Sawahbayu. Inilah orang-orang yang menjadi pembicara pada Rapat Besar Nagari Kubang malam itu.

Yang menarik juga pada Rapat malam itu adalah berkat prakarsa Angkupalo M. Rasyad Dt  Maharajo Kayo berhasil didirikan sebuah Rumah Yatim untuk menampung anak-anak yatim dari nagari Kubang agar mereka bisa sekolah seperti yang lainnya. Dibentuklah pengurus dari Rumah Yatim pada malam itu. Dimana Ketuanya adalah Dt. Rajo Nan Gadang (kemungkinan H. Boeat Dt. Rajo Nan Gadang) Sekretarisnya  adalah Malano Sati (kemungkinan Manjalani Malano Sati) dan Bendaharanya adalah Malin Sati (?). Rumah Yatim ini pada tahun 1980-an dipimpin oleh Pak Uniang Samsudin Guru dari suku Panai yang tinggal di Kp. Teleng Sawahlunto. Sangat banyak kontribusi Rumah Yatim ini karena menampung anak-anak yatim dari nagari Kubang dan daerah-daerah lain sejak tahun 1931. Sekarang Rumah Yatim ini masih berdiri tapi konon sudah berada di bawah Dinas Sosial Kota Sawahlunto dan bertempat di Mesjid Raya Sawahlunto.

Banyak hal yang terungkap pada Rapat Besar Nagari Kubang pada akhir Desember  tahun 1931. Tergambar Susana yang begitu demokratis yang selalu mengedepankan musyawarah. Juga terlihat bagaimana kokohnya persatuan ditengah tekanan penjajahan dan kekuatan-kekuatan eksternal nagari. Dan bagaiman mereka bergontoroyong bahu membahu, berkotribusi langsung dan memberikan pemikiran sesuai bidang dan kemampuannya untuk memajukan nagari. Ikhlas mengedepankan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Begitulah dinamika hidup bernagari dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi.  Sejarah selalu mencatat dan mengabadikannya buat anak cucu agar mereka tak kehilangan arah dan jati diri. Ambil yang baiknya sebagai contoh dan suri tauladan dan buang yang jeleknya sebagai pelajaran.
Wallahu a'lam bissawab***

 
Keterangan foto :
Mesjid Baitunnur Kubang Sawahlunto tahun 1935. Di mesjid inilah Rapat Besar nagari Kubang tanggal 3 Desember 1931 di laksanakan. Ketika itu nagari Kubang dipimpin oleh Angkupalo M. Rasyad Dt. Maharajo Kayo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekapur Sirih dari Rantau

OCMHS: Membangun Citra Ditengah Defisit

Alm. Kapten. AMIR JAMIN Dt. Rajo Nan Sati dan Sepenggal Kisah Sang Komandan