Postingan

OCMHS: Membangun Citra Ditengah Defisit

Gambar
Tak terasa sudah lima tahun OCMHS (Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto) diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Di kukuhkan pada Juli 2019 di Azerbaijan. Sebuah perjalanan panjang dan melelahkan telah dilakukan oleh Pemda Kota Sawahlunto dari bergai periode kepemimpinan sampai akhirnya pengakuan dunia itu datang. Tentu kita pantas memberikan apresiasi atas capaian ini karena ditengah terpuruknya pertumbuhan ekonomi Kota Sawahlunto, maka pengakuan OCMHS oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia telah menjadi sebuah harapan baru.  Berbagai upaya juga telah dilakukan oleh Kota Sawahlunto untuk menyambut pengakuan dunia itu agar menjadi manfaat. Pemda bersama masyarakat telah menyelamatkan dan merevitalisasi aset-aset tambang batubara tertua di Indonesia itu sejak sebelum diakui menjadi Warisan Budaya Dunia UNESCO. Kemudian dibangun narasi agar situs-situs itu menjadi icon baru objek pariwisata. Sebut saja Lubang Tambang Mbah Suro, Gudang Ransum, Museum Kereta, Kantor Ombili

Sekapur Sirih dari Rantau

Gambar
Beberapa hari yang lalu saya bertemu kawan lama di Jakarta. Kawan ini orang Sawahlunto yang sudah lama merantau ke Jakarta. Sedangkan saya orang Kubang Sawahlunto yang juga cukup lama merantau ke Jakarta. Walau kami sudah lebih tiga dekade merantau ke Jakarta tapi rasa cinta kami terhadap kampung halaman tak pernah surut. Maka dipertemuan yang singkat itu, kami ngobrol sambil ngopi-ngopi di sebuah warung pinggir jalan. Topik pembicaraan kami boleh dikatakan tak bergeser dari Kota Sawahlunto tanah kelahiran kami.  Singkat cerita bicaralah kawan ini mengenai perkembangan politik terkini di Kota Sawahlunto. Dia bercerita tentang Paslon nomor urut 1 di Pilkada Sawahlunto tahun 2024. Sosok yang dibicarakan adalah Riyanda Putra, S.IP. Riyanda adalah calon walikota yang  namanya muncul tiba-tiba menjadi perbincangan  akibat dari sebuah "kegaduhan" di internal partai yang mengusungnya untuk bisa duduk dikursi DPRD Kota. Begitulah kawan ini memulai ceritanya. "Kegaduhan" itu

SIPULUIK

Gambar
      Sipuluik adalah beras pulut atau beras ketan. Dulu dikampungku bila menanam padi di sawah, maka seperti wajib hukumnya sapiriang  sawah atau satu petak kecil sawah ditanami dengan padi sipuluik  ini disamping padi biasa lainnya. Tetapi sipuluik ini ada dua macam yaitu sipuluik  biasa dan sipuluik itam atau ketan hitam. Sipuluik biasa ini kegunaan utamanya antara lain untuk membuat lomang alias  lamang atau lemang. Disamping itu, sipuluik  juga untuk membuat ketan bila musim durian tiba. Karena kampungku sangat terkenal dengan 'Durian Kubangnya', maka sudah menjadi tradisi pula bila makan durian itu dengan ketan atau sering disebut makan  kotan duyan.       Sementara itu lomang atau lamang alias lemang adalah jenis makanan tradisional di minangkabau umumnya. Lomang juga terbuat dari sipuluik  biasa yang dimasak dengan media  tolang  atau bambu talang. Yaitu sejenis bambu tipis sebesar lengan orang dewasa. Bagian dalam tolang dibalut dulu dengan pucuk daun pisang batu (ke

Sejarah JALAN PERJUANGAN di Nagari Kubang Sawahlunto (Batutajam - Lughajuai - Sawahlunto)

Gambar
Jalan setapak dari Batutajam – Lughajuai – Sawahlunto yang sekarang dinamakan Jalan Perjuangan, sudah ada sejak Sawahlunto belum bernama Sawahlunto tapi masyarakat kubang biasa menyebutnya Ilia (Hilir). Waktu itu Sawahlunto atau daerah Ilia ini masih daerah persawahan masyarakat nagari Kubang. Jalur ini menjadi salah satu jalan utama di antara tiga jalan utama ke Ilia . Dua Jalan utama lainnya adalaha jalur Sionsek – Guakpauah – Luakbadai – Guakgodang – Kampuang Teleng - Sikabu - Lubang Panjang - Sumpahan dan jalur Gunuang – Batupipik – Pondok Kapu – Kubang Sirakuak. Hasil panen padi dan kebun dibawa dengan kuda atau dipikul di ketiga jalur utama ini ke rumah-rumah mereka di mudiak (Hulu), sebelum akhirnya mereka menetap di sawah dan ladang mereka di Ilia ini. Mereka akhirnya menetap di Ilia ini karena jarak yang jauh serta medan yang berat. Jalur Batutajam – Lughajuai – Sawahlunto atau Jalan Perjuangan ini menjadi vital setelah Belanda menduduki daerah Ilia (Sawahlunt

PEMIMPIN NAGARI KUBANG SAWAHLUNTO DARI MASA KE MASA DAN DINAMIKANYA (2)

Gambar
(Tulisan ke tiga, sambungan dari tulisan ke dua..) Ada delapan orang pembicara pada Rapat Besar Nagari Kubang pada Desember 1931 di Mesjid Baitunnur Kubang. Mereka semua adalah para pemimpin nagari Kubang saat itu. Tetapi pada umumnya mereka hanya disebutkan Gelar Sako- nya saja. Gelar   Sako adalah gelar adat yang   diturunkan turun temurun kepada kemenakan. Maka siapakah niniak kita  yang memakai Gelar Sako  tersebut tahun 1931, tentu bisa di telusuri melalui Suku atau Kaumnya.  Menurut Surat Kabar Sinar Deli tanggal 3 Desember 1931 mereka yang ikut jadi pembicara pada Rapat Besar Nagari Kubang malam itu adalah :  1. Dt. Mahararajo Kayo selaku pemimpin rapat. Beliau adalah Pemimpin nagari Kubang saat itu, yaitu Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo yang juga adalah Pangulu Suku Dalimo. Apa yang beliau bahas pada rapat ini  sudah dibahas sebelumnya pada tulisan ke dua. 2. Dt. Bandaro Kayo. Gelar ini adalah gelar Pangulu dari Suku Patopang yang biasanya dari Kaum Polak. Berarti b

PEMIMPIN NAGARI KUBANG SAWAHLUNTO DARI MASA KE MASA DAN DINAMIKANYA (2)

Gambar
(Tulisan kedua, sambungan tulisan pertama...) Seorang kawan yang cukup konsern dalam menggali sejarah kota Sawahlunto yaitu Pak Marjafri dari #KomunitasAnakNagariSawahlunto, mendapatkan cuplikan dari Surat Kabar Sinar Deli tertanggal 3 Desember 1931. Cuplikan itu bertajuk " Rapat Besar di Nagari Kubang " yang bertempat di Mesjid Baitunnur Kubang. Cuplikan Surat Kabar lama itu menguak bagaimana gambaran kondisi nagari Kubang pada akhir tahun 1931 yaitu pada masa kepemimpinan Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo. Beberapa pertanyaan yang menggelitik di pikiran penulis selama ini mendapat pencerahan dari cuplikan Surat Kabar ini. Pertama mengenai periode kepemimpinan Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo sebagai Angkupalo nagari Kubang. Pada rapat itu beliau mengatakan bahwa saat itu beliau telah lima belas tahun memimpin nagari Kubang. Itu artinya beliau dilantik menjadi Angkupalo nagari Kubang tahun 1916. Sedangkan beliau meninggal ketika masih menjabat sebagai

PEMIMPIN NAGARI KUBANG SAWAHLUNTO DARI MASA KE MASA DAN DINAMIKANYA (2)

Gambar
(Tulisan pertama....) Pada tulisan kali ini penulis mencoba mengulas Nagari Kubang di masa kepemimpinan Angkupalo Muhammad Rasyad Dt. Maharajo Kayo. Beliau juga seorang pangulu (datuk) dari Suku Dalimo nagari Kubang. Nama kecilnya adalah Ma'osek. Karena itu masyarakat nagari Kubang biasa menyebut beliau dengan Angkupalo Ma'osek. Sementara itu urang dagang (pendatang) di Sawahlunto kadang-kadang menyebut beliau dengan Angkupalo Babulu Lidah. Tak ada yang tahu pasti mengapa  orang dagang   menyebutnya dengan Angkupalo Babulu Lidah. Kemungkinan adalah karena beliau seorang yang sangat pandai berbicara, bijaksana dan sangat disegani. Karena itu beliau juga ditunjuk sebagai anggota Minangkabau Raat pada masa itu, untuk mewakili daerah Sawahlunto dan nagari-nagari sekitarnya. Yaitu semacam dewan perwakilan rakyat Minangkabau masa itu. Tak ada catatan pasti kapan Angkupalo M.Rasyad Dt. Maharajo Kayo diangkat sebagai angkupalo nagari Kubang. Yang pasti adalah beliau meninggal ketika s