Pengusiran Dan Pelucutan Senjata Serdadu Jepang di Sawahlunto


     Setelah kepengurusan BKR tebentuk di Sawahlunto maka tugas berat BKR Sawahlunto sudah menunggu yaitu pengusiran dan pelucutan senjata Jepang. Namun adalah suatu pekerjaan yang sia-sia yang beresiko tinggi bila pasukan BKR tidak dipersenjatai. Untuk itu Amir menyusun rencana untuk mempersenjatai pasukan BKR itu. Amir melihat bahan baku yang melimpah di gudang mesiu
milik perusahaan tambang batubara Ombilin yang kini dikuasai oleh perusahaan Jepang. Senjata seperti Granat, pistol senapan dan amunisi bisa dirakit dengan merekrut ahli-ahli tekhnik dari perusahaan tambang batubara Ombilin itu. Banyak pekerja tambang Ombilin yang bersimpati bahkan sebagian terjun langsung bergabung dengan BKR  sejak dari awal. Mulai dari sopir truk, para Obseter  ( engineer ), para mandor dan teknisi bengkel. Sebagian lagi sifatnya mensupport barisan perjuangan itu dari dalam. Seperti dari staff personalia dan Staff Keuangan.
      Waktu pelucutan bahan baku peledak dan amunisi dari Gudang Mesiu Tambang Batubara Ombilin itu, Amir Jamin turun langsung melakukannya. Waktu itu tambang Ombilin itu sudah tiga setengah tahun dibawah Kekuasaan sebuah perusahan Jepang bernama Hokkaido and Steamship Co. Ltd.
     Pada suatu kesempatan
dikumpulkanlah oleh Amir para pentolan BKR itu di suatu tempat. Disanalah Amir Jamin memaparkan rencananya secara garis besar di barisan perjuangan ini. Bahwa BKR membutuhkan persenjataan untuk mengusir Jepang dari Sawahunto. Senjata itu bukan buat memeranginya tapi untuk berjaga-jaga jika serdadu Jepang itu melawan. Senjata-senjata akan dirakit di bengkel tambang Ombilin. Namun bahan bakunya harus di dapat dari Gudang Mesiu yang berada di Kelok Tarok. Gudang Mesiu itu dijaga ketat oleh serdadu Jepang.
     Setelah pemaparannya itu kemudian Amir menyatakan bahwa dia butuh seorang ajudan untuk mendampinginya melucuti bahan-bahan baku peledak milik tambang itu. Ajudan yang dia butuhkan adalah seorang yang siap menanggung resiko, yang sudah ikhlas dunia dan akhirat jika terjadi sesuatu nanti.
     Seketika susana hening dan semua terdiam. Tiba-tiba tak disangka seorang pemuda mengangkat tangannya sambil berkata : "Saya siap Kapten !". Dia adalah Mardamin seorang pemuda pemberani dari Nagari Mundamsati. Dia adalah seorang karyawan tambang Ombilin yang berprofesi sebagai sopir truk.
     Sebelumnya sebuah kunci duplikat Gudang Mesiu sudah didapat berkat bantuan orang-orang dalam karyawan bengkel tambang Ombilin yang sangat antusias membantu perjuangan kemerdekaan itu. Diantaranya Obseter Samsudin, Obseter muda Aulia Isa, mandor Azwar Hamid, mandor Zainudin, mekanik Syamsunar dll.  Selain itu ada yang langsung ikut bergabung dengan barisan perjuangan BKR, ada juga yang berjuang dari dalam dimasa-masa peralihan itu.
     Hari itu sebuah misi yang sangat berbahaya dan bersifat rahasia sedang di jalankan Kapten Amir Jamin dan ajudannya Mardamin. Segala resiko dan kemungkinan sudah diperhitungkan. Dengan mengendarai truk tambang mereka mulai bergerak ke area pergudangan yang dijaga dengan ketat oleh serdadu-serdadu Jepang itu.
     Entah bagaimana kejadiannya hampir satu truk bahan baku amunisi dan peledak berhasil mereka lucuti dari gudang itu dan mereka amankan ke pinggir kota. Kejadian itu selalu menjadi perbincangan hangat dikalangan mantan pasukan BKR  beberapa waktu kemudian mengingat ketatnya penjagaan serdadu-serdadu Jepang saat itu. Ada beberapa versi yang berkembang di kemudian hari.
Diantaranya itu ada yang mengatakan bahwa kedua orang itu adalah orang yang sakti sehingga mereka bisa mengelabui serdadu-serdadu Jepang itu. Ada juga yang mengatakan itu karena mereka adalah pejuang-pejuang yang ikhlas. Sehingga  mereka diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah SWT.
     Namun suatu ketika Amir pernah mengatakan bahwa waktu itu beliau memakai baju seragam  seorang Perwira Gyugun lengkap pula dengan aksesoris nya. Lalu beliau berbicara dalam bahasa Jepang yang meyakinkan, sehingga waktu mereka masuk dengan truk tambang Ombilin itu tak ada kendala dengan penjagaan serdadu-serdadu Jepang itu. Malahan Amir Jamin memerintahkan kepada para serdadu Jepang itu untuk memuat bahan-bahan baku amunisi dan peledak itu keatas truk.
     Setelah di amankan kepingir kota kemudian bahan baku amunisi dan bahan peledak itu diselundupkan kembali ke bengkel Tambang Batubara Ombilin dan Sentral bekas pembangkit listrik Belanda di Mudikair. Di dua tempat inilah kemudian senjata-senjata itu dirakit oleh para karyawan tambang dan anggota BKR. Inilah cikal bakal berdirinya pabrik persenjataan seperti granat, peluru (amunisi), mortir, stengun serta persenjataan lain dalam perang perjuangan kemerdekaan dalam menghadapi Sekutu dan agresi Belanda di Sumatra Tengah nantinya.
     Granat-granat buatan BKR dan bengkel tambang Ombilin ini untuk pertamakali di ujicobakan langsung oleh Amir Jamin dan anggotanya disepanjang sungai Batang Lunto. Ada sebuah peristiwa yang tak terlupakan oleh Amir dan anggotanya sesaat setelah ujicoba peledakan sebuah  granat di Lubuk Batugantung kenagarian Kubang. Tempat itu dipilih karena paling aman dan sepi saat itu. Setelah sukses dengan ujicobanya ternyata ada seorang perempuan (Amir memanggilnya Kak Jama ) sedang menyiang padi disawah Panago disebrang kali. Kemudian beliau mau membersihkan badan di pinggir kali itu. Karena kaget mendengar kerasnya ledakan, perempuan itu jatuh pingsan. Amir dan anggotanya pun kaget karena tak menyangka ada orang lain di dekat sana, kemudian segera melakukan pertolongan. Setelah siuman amin segera minta maaf, perempuan itu sebetulnya masih saudara dengan Amir.
     Setelah sukses dengan serangkaian uji coba maka anggota BKR di tambang Ombilin mulai memproduksi garanat secara sembunyi-sembunyi. Dan setelah persenjataan dirasa sudah mencukupi maka Amir dan anggotanya mulai merancang pengusiran dan pelucutan senjata serdadu-serdadu Jepang itu.

     Strategi pengusiran serdadu Jepang di Sawahlunto adalah dengan perundingan. Amir Jamin sangat menghindari kontak senjata (peperangan) ditengah kota Sawahlunto (kebijakan ini terus di pertahankan sampai akhir agresi Belanda). Kota kecil Tambang batubara Ombilin cukup padat dengan penduduk. Mereka pada umumnya semua saling mengenal dengan akrab. Begitu juga dengan Amir dan semua anggota BKR, mereka mengenal hampir semua penduduk kota Sawahlunto. Dikota kecil itu semua akrab seperti sudah bersaudara. Bentrokan harus di minimalisir. Karena itu pilihan perundingan adalah yang paling pas.
     Namun untuk memaksa serdadu Jepang itu untuk mau berunding dan menyerah bukanlah perkara mudah. Amir Jamin sebagai seorang mantan serdadu Gyugun sangat faham betul tabiat para serdadu Jepang itu. Mereka sangat menjunjung tinggi kehormatan dan harga diri seorang prajurit. Biasanya dalam peperangan mereka lebih memilih mati terhormat daripada harus menyerah. Seperti prajurit-parajurit Bushido Jepang yang terkenal pada perang dunia pertama.
Atau legenda para Samurai di abad pertengahan. Bahkan yang baru saja terjadi saat itu adalah aksi heroik pilot-pilot muda kamikaze yang sangat ditakuti Sekutu sebelum akhirnya mereka takluk
Oleh bom Hiroshima dan Nagasaki yang maha dahsyat itu. Untungnya saat itu BKR yang terbentuk itu tidak sedang berperang dengan Jepang, tapi Jepang sedang dalam posisi kalah lawan Sekutu.
     Maka dengan segala pertimbangan akhirnya pasuka BKR mempersempit ruang gerak serdadu-serdadu Jepang itu agar tak bisa keluar dari markas mereka di Gereja Sawahunto. Markas serdadu Jepang itu dikepung. Suplai air dan listrik dimatikan selama bebera hari. Mungkin saat itu mereka baru menyadari, mereka telah kecolongan oleh seorang perwura Gyugun diperistiwa pembobolan Gudang Mesiu itu. Tak ada garis komando yang memerintahkan seorang Amir Jamin melakukan itu. Semua murni inisiatif dari dalam dirinya. Sudah komitmennya sebagai prajurit Gyugun (PETA) yang secara diam-diam telah dipersiapkan untuk perjuangan kemerdekaan itu.
     Setelah beberapa hari yang berat dan mencekam itu, Amir Jamin memberanikan diri masuk kemarkas Jepang itu tanpa senjata untuk berunding. Kali ini ia didampingi seorang Ajudan pemberani bernama Madjid, putra Kubang anak seorang Angku Palo nagari Kubang di zaman Belanda bernama M.Rasyad. Sebelum masuk, Amir sudah memerintahkan kepada pasukannya, jika dalam 15 menit mereka berdua tak keluar dari markas Jepang itu berarti telah terjadi sesuatu, mungkin mereka berdua telah di bunuh atau ditawan. Yang manapun itu maka perintahnya : "Hancurkan !".
     Dalam peristiwa yang mencekam itu semua anggota pasukan BKR siaga penuh dengan harap- harap cemas. Semua jalan diblokir. Rumah-rumah terdekat dikosongkan. Kalau ada kejadian yang diluar kendali maka korban harus seminimal mungkin.
     Tak lama setelah itu Amir dan Madjid pun keluar dengan selamat sambil melambaikan tangannya pertanda serdadu Jepang menyerah. Peristiwa itu disambut dengan penuh sukacita oleh pasukan BKR dan masyarakat. Kesepakatan nya adalah serdadu-serdadu Jepang bersedia meninggalkan Sawahunto dan menyerahkan seluruh persenjataannya kepada pasukan BKR dan mereka hanya minta dikawal ke Padang.
     Semua senjata dan perlengkapan perang serdadu-serdadu Jepang pun dilucuti. Ada banyak senjata api seperti senapan dari berbagai jenis dan type, pistol, granat, amunisi, sangkur dan samurai serta sebuah mobil Jeep Willys. Kemudian merekapun dikawal ke Padang. Namun ada seorang prajurit Jepang yang sudah jatuh hati dengan kemolekan Sawahunto. Dia mengatakan sangat bersimpati dengan perjuangan kemerdekaan itu, lalu memilih bergabung dengan pasukan dibawah komando Kapten Amir Jamin.
     Tak lama setelah itu  pasukan sekutu ( pasukan inggis dan Gurkha India ) mendarat di pantai Padang (1945 ). Bersama sekutu membonceng pula pasukan NICA ( Netherlands Indie Civil Administration ) Belanda. Salah satu target Belanda dalam agresi nya di Sumatra tengah adalah kembali menguasai tambang batubara Ombilin di Sawahlunto sebagai sumber ekonomi andalan mereka di zaman kolonial. Sejak pendaratan sekutu dan NICA di Padang mereka langsung mendapat perlawanan dari pejuang yang tergabung dalam kompi-kompi pasukan, salah satunya kompi Harimau Kuranji  pimpinan Ahmad Husein. Amir Jamin  menjadi seorang komandan kompi dalam perang gerlya melawan sekutu di bandar udara Tabing Padang. Amir Jamin dari Sawahlunto juga berperan  sangat penting dalam perang menghadapi Agresi Belanda I di kota Padang, Indarung sampai Lubuk Silasih. Baik dalam merekrut, melatih dan mengirim pasukan, membuat amunisi, ranjau bahan peledak, Granat dan persenjataan. Sehingga baru pada akhir 1948, pada agresi Belanda II, Belanda baru bisa tembus kesawahlunto.  Namun Belanda tak efektif menjalankan tambang karena para tenaga ahlinya banyak yang ikut dalam barisan perjuangan. 

Itulah sekelumit realitas yang terlupakan dari sosok Kapten Amir Jamin Dt. Rajo Nan Sati  dari Kota Sawahlunto. Semoga menjadi benang merah dalam merangkai kebenaran sejarah.

Wallahu a'lam bisshawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perang Tahun 1908 (Perang Belasting) di Sawahlunto

Sejarah JALAN PERJUANGAN di Nagari Kubang Sawahlunto (Batutajam - Lughajuai - Sawahlunto)

IBUK (Kisah Istri Seorang Prajurit)